Kamis, 22 Agustus 2013

Haker Haker Indonesia







Para pendiri komunitas Jember Hacker Team (JHT) berjanji tidak lagi beraksi secaraunderground (bawah tanah) pascapenangkapan salah satu anggotanya, Wildan Yani Ashari, oleh Tim Cyber Crime Mabes Polri. Mereka bertekad tampil ke publik untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa tidak selamanya hacker itu jahat.

“Kami ingin memberi pencerahan pada masyarakat tentang dunia hacker. Pinginnya membuat seminar ke sekolah-sekolah,” kata salah satu pendiri JHT, sebut saja Adi, Kamis (25/4/2013).

Jember Hacker Team, menjadi terkenal tidak hanya di kalangan hacker namun juga orang yang tidak mengerti dunia hacker setelah penangkapan Wildan. Wildan membobol situs Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan meninggalkan tampilan 'Jember Hacker Team' di laman tersebut.

JHT didirikan sejak tahun 2011 lalu dan kini anggota di forum mencapai 3.000 orang dari seluruh Indonesia. Sementara, warga Jember sendiri yang masuk dalam forum itu sekitar 1.600 orang. Anggotanya didominasi anak sekolahan dan kuliahan serta kaum profesional muda.

Keinginan para pendiri JHT untuk muncul ke publik, menyusul desakan banyak pihak yang menginginkan para hacker itu menggunakan keahliannya secara benar.

Budi, sebut saja demikian, pendiri JHT lainnya, mengaku tidak ingin anggotanya bernasib sial seperti dialami Wildan. Padahal, menurut Budi, aksi Wildan itu sebenarnya juga ada positifnya untuk menunjukkan bahwa keamanan situs sang Presiden lemah.

Budi pun menilai dakwaan yang dialamatkan kepada Wildan lebay alias berlebihan. "Padahal tidak ada kerugian apapun. Situs Presiden tidak rusak, cuma tidak bisa diakses," ujarnya. Kepastian bahwa tidak ada kerusakan pada situs Presiden SBY setelah dibobol Wildan jika dibenarkan polisi. Wildan juga terbukti tidak mencuri data dari situs SBY.

Seperti diketahui Wildan dijerat pasal pidana dalam UU ITE yang ancaman hukumannya bisa mencapai enam tahun penjara.

Terlepas kehebatan Wildan Yani Ashari berhasil membobol situs Presiden SBY, seorang hacker profesional bernama samaran Nick Kido menyebut situs sang Presiden memang tergolong mudah dibobol.

Kido mengakui, peretas memiliki konotasi negatif di mata masyarakat. Padahal, secara umum, hacker sebenarnya kegiatan seseorang yang menganalisa, mempelajari sistem atau mengeksploitasi sistem komputer terutama dalam segi keamanan.

“Mereka disebut white hat hackers. Sedangkan yang merusak dan menanam virus disebut cracker atau black hat hackers. Jadi tidak bisa disamaratakan semua hacker itu negatif. Banyak dari kami yang berguna menjaga software dalam negeri dari serangan cracker asing,” katanya.

Kido mencontohkan, saat hubungan Indonesia dan Malaysia menegang, komunitas hacker di Nusantara juga ikut panas. Mereka ikut-ikutan ‘berperang’ di dunia maya. Berbagai web milik Malaysia diserang para hacker Indonesia, begitu juga sebaliknya. Serangan itu sifatnya sangat merusak dan permanen. Para hacker dan cracker, mendeface (mengubah tampilan) berbagai web milik Malaysia. Bahkan, ada pula yang menghapus postingan dari web. 

Aneh! Tak Utak-atik Komputer

Wildan Yani Ashari sempat shock setelah dijebloskan ke penjara, namun ia kini mulai bisa beradaptasi. Satu hal yang membuat perasaannya sedikit aneh adalah, ia tidak bisa lagi mengutak-atik komputer.

Wildan Yani Ashari (20) merupakan pemuda bertipe pendiam. Jika tidak ingin menjawab pertanyaan, ia memilih tersenyum. Salah satu yang tidak mau ia ceritakan adalah caranya mengobok-obok sejumlah website. Ia berdalih hal itu sudah dijelaskan oleh jaksa dalam dakwaannya.

Setiap kali ditemui di sela-sela persidangan, Wildan lebih banyak menjawab pertanyaan tentang persiapan menjalani sidang ataupun kehidupan di Lapas Jember.

Wildan mengaku lebih banyak berdoa saat menghadapi hari-hari berat sebagai terdakwa pembobol situs Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pemuda alumnus SMK Balung, Kabupaten Jember itu memilih tidak menggunakan pengacara untuk membelanya. Alasannya, agar persidangan cepat selesai.

“Ya hanya lebih banyak berdoa saja. Pinginnya ya tidak dihukum berat," ujar pemuda asal Desa Balung Lor, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember.

Beberapa kali ditanya alasan tidak memakai pengacara meskipun ancaman hukumannya di atas dari lima tahun, Wildan hanya menjawab serupa diiringi senyum dan gelengan kepala.

Wildan yang semenjak masuk Lapas Jember rambutnya diplontos, mengaku agak shock ketika awal masuk Lapas setelah dipindah dari Mabes Polri akhir Maret lalu. Selama di Mabes, ia tidak banyak berkumpul orang. Namun setelah di lapas, ia harus berkumpul dengan 16 orang dalam satu sel. "Agak kaget juga," ujarnya.

Namun lama-kelamaan, ia bisa beradaptasi. Ia memilih lebih banyak mengikuti aktivitas olahraga di dalam lapas. Badannya juga lebih berisi dibandingkan ketika dibawa dari Mabes Polri.

Wildan juga bercerita, sejak dibawa ke Mabes Polri, Januari lalu, ia tidak pernah menyentuh komputer. "Dua bulan gak pake komputer," ujarnya.

Itulah yang membuatnya merasa ‘aneh”. Karena , sejak lulus sekolah tahun 2011, hidup Wildan tidak pernah lepas dari dunia internet. Selain menjadi teknisi dan penjaga warnet Surya.Com di Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Jember, ia juga menjadi admin dalam forum Jember Hacker Team (JHT) --meskipun ia tidak mau mengaku.

Jejak MJL 007 (nama samaran Wildan) dalam JHT banyak terlihat. Ia ikut membesarkan JHT dan menjadi admin di forum meskipun tidak pernah ikut hadir dalam pertemuan kopi darat. "Saya tidak tahu, tidak pernah ikut," ujar Wildan.

Toh, para anggota JHT membenarkan bahwa Wildan adalah anggotanya. Bahkan, karena kemampuan Wildan dalam dunia hacker di atas rata-rata, ia masuk dalam tim khusus di JHT .

"Kalau MJL 007 keluar dari penjara, pasti tenaganya dicari, banyak orang akan memakai keahlian dia," ujar seorang pendiri JHT kepada Surya, sebut saja namanya Budi. Para anggota JHT mau diwawancarai, namun syaratnya tidak ada identitas asli dan foto.

Di JHT, sesama anggota saling menyapa menggunakan nickname (nama julukan). Nickname Wildan adalah MJL 007.

Tema yang masih hangat menjadi perbincangan di forum JHT adalah aksi Wildan yang berhasil membobol situs Presiden SBY. Menurut Budi, Wildan sebenarnya sudah diperingatkan ketika ia sempat bercerita tentang domain situs presiden.

“Seorang teman sudah mengingatkan. Disuruh berhati-hati karena itu milik orang besar," tutur Budi lagi. Ternyata nasib Wildan sedang apes, perbuatan meretas situs SBY akhirnya mengantarkan dia ke penjara.

Kini Budi dan anggota forum JHT hanya bisa memberikan support kepada Wildan. Setiap persidangan, sejumlah pegiat JHT menjadi pengunjung tetap Pengadilan Negeri Jember. Mereka juga akan berbincang dan menemani Wildan setelah persidangan selesai sambil menunggu waktu kembali ke lapas.

Wildan sendiri ketika ditanya harapannya setelah menyelesaikan proses hukum, menjawab ingin menggunakan keahliannya secara baik. Sebelumnya Mabes Polri memastikan akan menyekolahkan Wildan dan merekrutnya sebagai anggota tim Cyber Crime.

Sementara, kedua orang tuanya, Ali Jakfar dan Sri Hariyati, berharap Wildan mendapat keringanan hukuman. Keduanya juga berharap Wildan mengambil pelajaran dan menggunakan keahlian di bidang TI secara baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar